Pagi buta secara tidak sengaja Budi kembali bertemu dengan
Jarwo di pengkolan gang.
“Wo, udah lama kamu ngga pernah keliatan...”
Jarwo hanya terdiam seolah tak mendengar apapun.
“woooy...Wo, budeg ya kamu sekarang?”
“Ssst.. diam kamu, aku sedang mencari nada nada Tuhan tau”
“walah gayamu wo, pake nyebut nyebut Tuhan segala”
“Emang kenapa ? ada masalah”. sahut Jarwo
“Ya ndak wo, tapi kamu kok jarang keliatan itu kemana”
“Aku ndak kuat keluar rumah bud, suasannanya kacau, banyak
nada nada sumbang. Semua orang berbicara seolah olah mereka Tuhan. Saling
menghukumi siapapun yang dipandangnya salah.”
“Maksudmu gimana tho wo, yang aneh itu kamu. Ndak keluar
rumah segala, dunia ini yang emang seperti ini. Semua orang berhak bicara,
namanya “kebebasan berbicara”. Emang kamu ndak pernah belajar PKN apa gimana?”
“Ya memang kita bebas bicara bud, namun kita ngga bebas
menilai siapapun.Jangan menjadikan “kebebasan berbicara” sebagai alasan untuk
ikut ngurusi hidup orang lain bud.
“Yo terserah kamu wo...dasar aneh”
“Ya biarin bud, yang aneh itu kalian. Selalu merasa “baik
baik saja” sampai ndak paham mana “ayat Tuhan” , mana “sabda setan”.
Budi pun meninggalkan jarwo dengan sejuta pemikiran di
kepalannya tentang perilaku aneh Jarwo. Begitu juga Jarwo yang melanjutkan
kesibukkannya mencari “nada nada Tuhan”.
Comments
Post a Comment