Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2018

Rindu Allah Takkan Meninggalkanmu. (3)

Syekh Al Islam al Tirmidzi berkata " Sayyid Burhanuddin mampu menjelaskan makna-makna hakiki dengan sangat baik karena karena ia telah mempelajari kitab-kitab para syekh, mencermati asrar dan ungkapan mereka". Lantas seorang bertanya kepada beliau. " Bukankah Tuan juga mempelajari semua itu? Tetapi kenapa tuan tidak berbicara seperti beliau?" Hal tersebut karena syekh adalah seorang yang sangat tabah, ahli mujahadah dan ahli amal. Sebagia orang di dunia ini tak pernah benar-benar perduli dengan dunia luhur. Mereka meletakan seluruh hati mereka di dunia ini. Mereka ingin mempelajari kata-kata lantas menjualnya. Perumpamaan ini seperti seorang yang diberi sebilah pedang yang indah. Ia akan mengambilnya untuk menjualnya kembali. Karena ia tak punya cukup tenaga untuk menggunakannya. Ia tidak punya kemampuan untuk menggunakannya sendiri. Pun serupa dengan kata-kata, ia tak mampu menggunakan untuk dirinya sendiri. Ia menjualnya kepada orang lain un

Rindu Allah Takkan Meninggalkanmu. (2)

Alkisah ada seorang syekh, beliau bernama Nassaj al Bukhari. Sang syekh adalah seorang ahli agama yang agung. Meskipun sang syekh ini buta aksara, banyak sekali orang yang ingin mendengar tafsir Al Quran dan hadis-hadis Nabi SAW dari lisannya. Beliau mampu menjelaskan keadaan Rasulullah saat menyampaikan hadist tersebut dengan detil. Suatu hari seorang Alawi (keturunan Sayyidina Ali ibn Abi Thalib) memuji seorang hakim di depan sang syekh. Sang alawi mengungkapkan bahwasanya di dunia ini tak ada hakim yang seperti hakim tersebut, hakim itu tak pernah mau menerima suap sepeserpun. Hakim tersebut adil dan tak pernah mementingkan suatu golongan. Semua benar-benar dilakukan karena Allah. Sang syekh menimpali perkataan sang Alawi tersebut. " kau seorang Alawi, keturunan al Musthafa Rasulullah SAW. Kau memuji dan menyanjung hakim tersebut dengan berkata bahwa dia adil dan tak menerima suap. Padahal perkataanmu adalah suap baginya. Apalagi suap yang lebih baik dari pujian seor

Rindu Allah Takkan Meninggalkanmu. (1)

Alkisah ada beberapa orang yang datang ke rumah Maulana Rumi, namun sang maulana enggan membukakan pintunya atau menjawab salamnya untuk beberapa saat untuk menunjukan sebuah "rasa kasih" Allah kepada beberapa orang tersebut. Setelah dibukakan sang maulana menjelaskan bahwa ke-engganan maulana untuk membukakan pintu atau membalas salam orang-orang tersebut adalah karena Maulana Rumi ingin Allah yang membalas kebaikan mereka selama mereka melakukan semua hal tersebut karena Allah. Maulana menjelaskan bahwasanya ketika seseorang menanggung derita berupa pengorbanan harta, jabatan atau hal serupa lainnya. Balasan terbaik adalah balasan dari Allah ta'ala. Dan balasan dari Allah merupakan kenikmatan ukhrawi yang abadi. Sedang balasan dari Maulana Rumi merupakan kenikmatan duniawi yang bersifat temporary. Harta benda dicari untuk membeli "harta/benda" yang lain. Seperti mencari uang untuk membeli mobil, rumah dsb. Jarang sekali ada yang berniat untuk