Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Refleksi

Menjadi Sarjana

Seminggu ini saya cukup sebal, hati saya agak risih dan tidak enak rasanya. Setelah saya telisik lebih dalam ternyata penyebabnya adalah story wa teman-teman yang satu persatu sudah menyelesaikan sidang akhir skripsinya.  Selamat ya, congrats guys... Alalaah cok. Saya tau idealnya saya harus ikut bahagia dengan kesuksesan teman saya menempuh sidang akhir tapi apa mau dikata ternyata saya manusia biasa yang jauh dari paripurna. Sifat-sifat iri sakit hati perlahan menjalar ke seluruh tubuh karena ada triggernya . Bukan main, saya tau lulus adalah salah satu pencapaian dalam hidup yang sepertinya kudu di syiarkan. setelah perjuangan panjang, menghadapi dosen dengan berbagai karakter. Mulai dari yang gemar sekali ghosting  hingga yang rigid nya minta ampun perihal bimbingan skripsi, ya. Semua patut dirayakan. Tak perlu anda memikirkan hati orang-orang yang dengki karena belum bisa selevel dengan anda, itu urusan mereka sendiri, lagian toh ini status anda sendiri, kalau rekan anda ...

baby step

Setiap yang hidup, pasti punya angan. Entah disampaikan atau hanya disimpan saja. Begitupun saya, dengan segala kekurang beserta kelebihan, sudah tentu saja punya berjuta angan. Angan yang serius yang kita sebut cita-cita atau yang hanya sekelibat saja berlalu dalam hidup yang tetap menjadikan sebuah angan. Bagaimanapun angan tetap harus diukur panjangnya, kata kekasih Tuhan kita dilarang berpanjang angan, mungkin karena akan mengurangi kadar keimanan kita kepada apa yang harus akan terjadi di kemudian hari sebagai suatu bentuk takdir yang kudu dengan ikhlas diterima. Maka itu, baby step  dari setiap angan kita haruslah jelas dan juga dilakukan dengan presisi serta telaten. Seharusnya tak ada angan yang tak bisa dicapai ketika kita menyadari bahwasanya setiap langkah dibersamai oleh Dzat yang Maha Mempermudah segala urusan. KedigjayaanNya selalu akan selalu menolong kita ketika kita sadar, hidup dalam spektrum yakin dilindungi olehNya. Hidup yang sepertinya begini-begini saja, adal...

Sebuah Pengalaman

Taukah kalian bahwa untuk menciptakan sebuah lukisan yang sempurna, enak dilihat dan sesuai harapan kalian. Maka yang harus kalian miliki adalah puluhan ataupun ratusan alat dan bahan. Kalian membutuhkan banyak sekali jenis warna yang sesuai dengan apa yang kalian harapkan, kuas dengan berbagai ukuran untuk membuat detil-detil yang meyakinkan, canvas yang masih putih untuk menuangkan berjuta ide kalian dan sedikit passion untuk melukis. Begitupun hidup. Tabula rasa. Sebuah teori mengenai bagaimana manusia berkembang sebagai seorang individu. Seorang psikolog bernama john locke mengatakan bahwa manusia lahir ke bumi tanpa membawa pengalaman mental apapun. Mereka selayaknya kertas kosong. Sejalan dengan pendapat dikalangan umat muslim bahwa bayi lahir dengan fitrahnya yang suci. Pengalaman lingkungan serta didikan orang tua lah yang membentuknya menjadi seorang individu. Dan itulah jawaban mengapa manusia begitu beragam. Kembali ke lukisan. Analogi lukisan tersebut serupa dengan kehidupa...

Sirkus Kehidupan

Sewaktu saya masih duduk dibagku sekolah dasar banyak hal menarik yang terjadi di hidup saya, salah satunya adalah ajakan sekolah untuk menonton pertunjukan sirkus secara kolektif. Waktu itu tiket masuk ke sirkus sekitar 20 ribu rupiah. Karena kolektif kami mendapat potongan harga tentunya. Hari itu pun tiba, saya dan teman-teman duduk di sebuah kursi yang dibangun melingkar menyerupai sebuah hall. Ditengahnya ada panggung pertunjukan. Berbagai pentas pun ditampilkan satu persatu. Mulai dari binatang yang pandai melompat lingkaran holahop yang ada api nya, hingga pertunjukan menakjubkan seperti orang bergelayutan di atap hall dengan beberapa tali. Semuanya membuat kami terkesan saat itu. Sekarang, ketika saya mencoba sedikit merefleksi hidup. Saya seolah teringat kembali dengan sirkus-sirkus tersebut. Hidup tak ubahnya nampak seperti sirkus. Banyak hal lucu dan menakjubkan terjadi. Hal-hal tak terduga yang tak pernah ada dibenak kita sekalipun sangat sering kita jumpai di kehidupan man...

Berbuat Baik, Sebaik Mungkin

Opini kali ini, judulnya tentang berbuat baik; sebaik mungkin. Tadi malem, saya ngaji di salah satu majlis. Kata ustadznya, ada maqalah yang bilang kek gini. " Kalau kamu muliakan orang alim, sejatinya kamu sedang memuliakan dirimu sendiri".  Kemarin, saya juga ngelakuin suatu hal yang udah maksimal tapi cuma dapet apresiasi minimal dari atasan. Seringkali dalam kehidupan hal tersebut terjadi. Kita ngebelain ngelembur, kerjain mati-matian, serius melakukan yang terbaik, tapi dapet apresiasi yang minim dari orang lain. Manusiawi sih. Sangatlah wajar kalau kita udah ngelakuin suatu pekerjaan dengan maksimal dan kita juga ngarep apresiasi yang setimpal dari orang lain. Ngarep itu kan udah jadi rutinitas keseharian buat kita, kenapa? Karna kita niatnya dari awal keliru.  Saya kadang ngrengeng-ngrengeng atau membayangkan beberapa hal yang saya lakukan dulu. Dulu waktu kerja di pabrik, saya sebagai anak yang baru lulus, shock betul waktu itu. Dapet kerjaan yang modalnya...

Yang sederhana itu rumah makan padang bung!

Aku jatuh cinta. Bukan. Aku berkehendak untuk jatuh cinta. Atau. Aku memiliki kemungkinan untuk jatuh cinta. Karena banyak membaca beberapa buku atau puisi tentang jatuh cinta. Sekarang, terlalu banyak teori jatuh cinta dalam otakku. Mencintai tak terlihat sederhana lagi. Jika aku melihat perempuan untuk pertama kali dan ada desir dihatiku. Itu berarti bukan jatuh cinta. Itu nafsu. Jika aku melihat perempuan untuk pertama kali dan ada desir dihatiku di ikuti dengan keinginanku untuk membahagiakannya. Ith berarti bukan jatuh cinta. Itu kehendak untuk jatuh cinta. Jika aku melihat perempuan untuk pertama kali dan dia juga melihatku kembali dan memberikan respon yang tepat seperti stimulus yang aku berikan. Bisa jadi itu jatuh cinta. Jika aku datang melamar seorang dengan harapan di terima dan tak perduli jika nanti ditolak. Itu jatuh cinta. Jika aku menikahi seseorang dan dia memandangku dan menaruh kepercayaan padaku. Itu berarti cinta sudah tumbuh dihatiku. Ribet kan? Qays jadi ...

Mengapa menghargai orang lain itu penting?

Di belahan bumi manapun, orang-orang akan selalu benci atau merasa tidak nyaman ketika merasa tidak dihargai. Pekan lalu, saya merasa sangat tidak dihargai oleh beberapa orang. Dalam sebuah forum, saya ditunjuk sebagai ketua panitia sebuah acara. Selayaknya ketua di beberapa textbook berarti saya bertugas untuk memimpin rekan-rekan panitia untuk menyukseskan sebuah acara sekaligus bertanggung jawab terhadap kelancaran sebuah acara. Namun, beberapa hari setelah saya dipilih, mulai terjadi banyak hal yang tak wajar. Posisi saya seolah dihilangkan. Entah karena ketidakpahaman dalam berorganisasi yang dimiliki kawan-kawan saya atau ketidakmampuan kawan-kawan saya untuk “memanusiakan manusia”. Beberapa tugas berjalan tanpa persetujuan dan sepengetahuan saya. Awalnya saya membiarkan, karena saya cukup nyaman dan merasa bahwa saya tak perlu terlalu ambil pusing dengan hal tersebut. Akan tetapi, klimaksnya terjadi saat h-1 acara tiba. Beberapa rencana yang sudah didesain dan d...

Sebuah Refleksi

Untuk kesekian kalinnya gw harus jujur. Mungkin gw memasuki fase yg gw tulis dulu. QLC atau another crisis yg baru lagi. Yang twistnya lebih berasa aja ketimbang yg dulu. Ini twistnya berasa beda sama krisis yg dulu aja hahaha. Alhamdulillahnya udh punya coping. Ya nulis gini... Gw tulis karena rasanya ngga ada manusia di bumi ini yg bisa jalan sesuai ekspektasi gw. Terlalu banyak yg muna dan sangat selfish. Atau cuma gw nya aja yang belum nemu. Gw hampir masuk usia seperempat abad, dan gw ngerasa kebutuhan untuk punya pasangan lebih dari sebelumnya. Di benak gw. Gw punya 2 opsi, nikah atau pacaran. E tapi... Gw punya super ego yg bener-bener gede banget. Kalau gw pacaran, gw rasa ternyata ngga mudah buat dapet pacar bagi orang yg kek gw gini. Bukannya jelek, cuma gw adlh manusia sejuta pertimbangan . Sekalinya dapet, pasti gw ngga berani pacaran. Karena ada ajaran yg gw yakini bahwa pacaran itu buruk. Nikah, ah rasanya kok gw belum siap dengan segala keribetan itu. Maybe 2 tahun l...

C'est La Vie : Suka atau tidak, inilah hidup!

Pernah ngga ngerasa jenuh sama kegiatan sehari-hari. Hidup udah mulai ngga bener, keluarga banyak masalah dan mungkin kehidupan sosial kamu dengan lingkungan sekitar jadi ngga akrab. Terus pada suatu titik tertentu, kamu ngerasa bahwa dirimu harus berubah. Mulai cari kumpulan di Instagram atau Facebook. Dari komunitas yang kamu suka sampai ke komunitas kajian remaja yang sekiranya bisa mengalihkanmu dari masalah yang kamu derita saat itu. Then now , kamu udah nemuin komunitas yang kamu klop dengan lingkungannya. Kamu merasa " terlahir kembali" dan ngerasa sedih dan malu atas apa yang kamu lakuin di masa lampau. Pernah kah? Kalau pernah, bersyukurlah. C'est La Vie, inilah hidup. Kata seorang Imam di London. "Inilah hidup, kau suka atau tidak: Kau takkan tumbuh dewasa tanpa mendapat ujian, kau takkan belajar tanpa berbuat salah dulu, dan kau tak pernah berhasil tanpa mengalami kegagalan". Hidup selalu mengajarkanmu banyak hal, mencintai, membenci, menyayang...

Bahaya berteman dengan keluarga di medsos

Pernah ngga kalian ngerasa risih berteman dengan saudara sendiri di sosmed. Atau berteman sama orang tua, guru, dosen (apalagi dosbing)? Saya mau membagi sedikit cerita saya mengenai hal tersebut. Seperti biasanya kalian nda perlu terlalu serius pas ngebacanya. Dulu atau mungkin sampe sekarang kalik saya masih membatasi pertemanan dengan seseorang yang masih punya hubungan sedarah dengan saya. Karena saya merasa bahwa rahasia saya di medsos bakalan terbongkar ketika temenan sama saudara sendiri. Coba bayangin, ketika kalian kumpul bareng sekeluarga besar. Tetiba ada saudara kalian yang nyeletuk kesemua orang disitu tentang kondisi kalian di medsos, semisal " Eh, si Arsa lagi galau lho. Kalau nulis status galau-galau terus". What do you feel ? Pie perasaanmu ? Mungkin ada yang biasa saja, karena emang udah sering digituin atau emang dia rai gedek. Tapi bagaimana dengan yang hatinya sensitif, mudah malu, mudah terluka, dsb. Pasti akan sangat malu dan ba...

TERKEJOED! ADA PENYAKIT LAMA TAPI BARU.

Besok. Kalau kalian denger, baca atau terlintas kata-kata itu di telinga kelen , apa yang ada di benak kalian? Ketidakpastian atau besok yaa besok. Salah satu penyebab sering lupa, depresi, stress dan berbagai macam hal serupa adalah phobesok (phobia sama besok). Haha, itu istilah saya. Phobesok adalah kecemasan yang berlebihan dengan hari esok a.k.a masa depan. Besok atau masa depan sejatinya selalu sama, belum diciptakan, penuh ketidakpastian, penuh misteri, penuh intrik, penuh drama dan ngga ada yang bisa dilihat. Besok adalah dunia yang penuh ketidakpastian untuk hari ini. Ciri-ciri orang yang terkena atau setidaknya terpapar virus phobesok ini adalah. 1. Cemas Biasanya dia cemas, grusa grusu . Takut, khawatir, labil, tidak teratur dan hal serupa. Dia ngga bisa mengendalikan dirinya. Dia akan sering curhat kepada kawanya mengenai masa depannya. Keinginannya banyak yang disampaikan ke kamu. Banyak banget, sampai dia kehabisan waktu untuk mengejar apa yang di...

Mengatasi phobia akan masa depan

Sejauh ini, saya belum menemukan kata yang tepat untuk menyebut phobia terhadap masa depan. Maka dari itu sebutan phobesok beserta ciri-cirinya adalah hasil dari pengalaman saya pribadi dan memperhatikan lingkungan sekitar. Phobia adalah bahasa latin dari rasa takut yang berlebihan terhadap suatu hal. Yang perlu digaris bawahi adalah kata berlebihan . Dalam agama sudah klise dan berulangkali disebutkan bahwa apapun yang berlebihan bukanlah hal yang baik. Termasuk rasa takut. Rasa takut sangat wajar dimiliki seseorang ketika dirinya merasa terancam. Karena dengan rasa takut tersebut seseorang akan mencari tempat berlindung dan dalam kasus phobesok sebaik-baik tempat berlindung bukanlah batu karang di tepi laut. Melainkan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu saya akan membagi beberapa tips untuk mengatasi phobesok ini. 1. Selow Selow adalah menikmati kehidupan yang ada saat ini dengan perlahan. Penuh penghayatan dan rasa syukur. Manusia gadget zaman sekarang ini selalu...

Menikah tanpa pacaran dulu dan menikah dengan melalui proses pacaran dulu. Harmonis mana?

Hai ! Jadi bbrp waktu lalu saya nda sengaja ngelihat salah satu jurnal psikologi yang ngebahas judul diatas. Otomatis sebagai seorang yg masih dalam proses pencarian itu (itu apa'an?). Saya jadi tertarik dan tak sempetin buat ngebaca di perpus kampus karena jurnal ngga boleh dibawa pulang. Setengah jam lamanya saya termanggut-manggut membaca jurnal tersebut. Seolah salah satu pertanyaan abadi saya terjawab lagi. Pertanyaan tentang, "haruskah gw pacaran dulu kalau mau nikah?". Nah jurnal penelitian tersebut ngejelasin ke saya bahwa menurut teori. Kepuasan pernikahan itu bergantung pada kualitas beragama seseorang atau pasangan tersebut. Entah dia muslim atau bukan. Jadi gampanganya seorang yang alim dalam ilmu agama secara realistis, kehidupan pernikahan mereka akan memuaskan. Dan sebaliknya. Nah didalam penelitian itu juga dijelaskan tentang makna pacaran di berbagai kalangan. Ada yang menganggap itu adlh hubungan penjajagan sebelum nikah, ada yang bilang itu adalah t...

Bercerita (1)

Ini mungkin bakalan jadi tulisan yang berseries karena ditulis berdasarkan pengalaman yang nyata sedang saya alami. Dan rubrik atau topiknya bakalan ngalor ngidul. Jadi harap bersabar. Tapi pasti kalian dapet manfaat atau insight baru. Ngampus. Perkara yang tabu bagi saya untuk membicarakannya. Karena ngampus sebelumnya jadi kegiatan yang "dijauhi" dalam kehidupan saya. Kenapa? Nda tau, semacam punya rasa inferioritas terhadap orang-orang yang berhasil kuliah. Tadinya saya termasuk orang yang "mengutuk" (hilih) maksud saya jadi semacam suporter kaum yang membenci sistem pendidikan modern. Seperti kalian tau pendidikan kita ini kan katanya berasal dari revolusi industri di perancis sana. Ya, sekolah kita adalah penyedia pasokan tenaga yang akan menjamin keberlangsungan sebuah industri. Paling mudahnya, sekolah kita ini untuk jadi karyawan. Masih sedikit sekolah yang mendidik seseorang untuk jadi pengusaha, ya karena pengusaha itu ladang ketidakpastian. Dan kebiasaa...

NIAT.

Dalam kitab bidayatul hidayah karangan hujjatul islam, Imam Al Ghazali. Ada pokok bahasan yang dibahas dalam salah satu bab yakni tentang niat. “Ketahuilah wahai manusia yang ingin mendapat curahan ilmu, yang betul-betul berharap dan sangat haus kepadanya, bahwa jika engkau menuntut ilmu guna bersaing, berbangga, mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia, maka sesungguhnya engkau sedang berusaha menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu, dan menjual akhirat dengan dunia.” Imam berusaha mengajarkan kita untuk mengupas hingga lapisan terdalam dari niat kita ketika melaksanakan sebuah kegiatan ibadah. Baik untuk mencari ilmu atau ibadah yang lainnya.  Seakan sejalan dengan itu, dalam kitab arbain nawawi dan juga riyadhus shalihin topik yang pertama dibahas juga bab tentang niat. Ulama-ulama terdahulu terlihat seperti berhati hati dalam perkara niat ini,seakan-akan hal utama yang sangat penting untuk diketahui. Lantas dengan kefakiran saya dalam ha...

Sepasang Mata Anak-anak

Dalam sebuah kelas perkuliahan di fakultas psikologi waktu itu kami sedang membahas satu tokoh psikologi yang berasal dari Perancis. Negerinya Zidane, sang pesepakbola sukses pada masanya. Tentunya kita juga ingat kejadian fenomenal di final piala dunia tahun 2006 di Jerman kala itu. Tapi kali ini yang akan saya ceritakan adalah seorang tokoh psikologi yang bernama Jean Piaget ( baca : Jean Piase). Beliau memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat anak-anak. Menurut Piaget, anak-anak mempunyai dunia mereka sendiri. Anak-anak membangun konsepnya mengenai dunia melalui pengalaman-pengalaman mereka. Dunia yang menjenuhkan dihadapan manusia dewasa hari ini, bisa jadi berbeda 180 derajat dibanding dunia yang dilihat melalui sepasang mata anak-anak. Saya pernah membaca suatu novel filsafat yang dalam salah satu penggalan dialognya mengatakan bahwa Tuhan lebih menyukai anak-anak ketimbang orang dewasa. Karena bagi anak-anak dunia selalu baru, sama persis barunya saat Tuhan ...

Mukadimah Surat Untuk Tuhan

Semuanya berawal dari sebuah tantangan yang diberikan oleh salah satu komunitas menulis online terbesar di Indonesia kepada anggotanya. Yakni tantangan untuk menulis secara rutin 30 hari berturut-turut dengan memilih satu tema yang pada akhirnya akan dibukukan. Buku ini adalah salah satu hasil dari tantangan tersebut. Bagi saya selaku yang diberi kesempatan untuk menulis isi dari buku ini oleh" Dia" pemilik segala kehidupan adalah sebuah kenikmatan. Di izinkannya saya menyelesaikannya 21 satu surat yang segera akan anda baca. 21 satu surat ini adalah refleksi dari kehidupan sehari-hari saya sebagai penulis. Yang merasa bahwa pada hakikatnya ayat yang sering kita baca di kitab suci bahwasanya Tuhan itu dekat, bukan hanya tulisan biasa namun benar-benar terbukti di kehidupan penulis sehari-hari.begitu dekatnya hingga penulos seringkali tak mampu menahn air mata dari berbagai pelajaran yang tertuang di surat-surat yang akan segera anda baca. Tuhan itu dekat, dia ada disetiap k...

Retak-retak Istana Maja

Masih adakah orang-orang yang mampu mencintai kesederhanaan? Di dunia yang gemerlap ini katanya kita harus realistis, melihat segala sesuatu berdasar kenyataan. Segalanya harus serba transaksional, kamu mau apa, kamu tau harus berbuat apa. Segala cara dipandang sebagai sesuatu yang wajar, ambil saja satu contoh. Yakni menyuap, dulu mungkin menyuap adalah tindakan yang melanggar etika kehormatan seseorang. Ketika seorang disuap atau menyuap dapat dipastikan akan dinilai buruk oleh orang disekitar ketika ketahuan. Tapi di zaman sekarang ini, seseorang lebih menghargai sebuah pertemanan yang menguntungkan meski harus menyuap atau disuap. Alasannya sederhana, saling mengerti sajalah. Di hingar bingar dunia digital inipun, sudah tak asing lagi kalau kecantikan bantuan perawatan dan kosmetik kelas wahid bisa membuat seorang jadi lebih populer. Kalau lagu jaman dahulu ada yang berjudul "ada uang abang disayang". Sekarang "banyak uang, disayang dunia". Kita bisa jadi sega...

SENDIRI.

Entah kapan kamu pasti sampai pada fase ini, dimana yang ada disekitarmu menjadi tak berguna. Tetiba mereka hanya menyusahkanmu, membuat hari-harimu melelahkan, membuat hatimu penuh dengan tekanan yang datang bersama sejuta angan. Mau tak mau, menyendiri adalah pilihan yang terbaik. Menjaga setiap relung dan batinmu tetap dalam ruang privasimu. Membiarkan mereka terlibat dalam angan-angan sementara mereka. Membiarkan mereka sibuk dengan berbagai hal yang mereka anggap penting. Kamu jangan terpengaruh dengan mereka. Jangan biarkan kekacauan mereka menyeruak ke dalam hatimu, karena jika begitu, aku bisa menjamin bahwa kamu tak akan pernah bahagia, kamu tak akan menjadi dirimu sendiri. Kamu hanya akan ditipu oleh kesenangan yang palsu, yang membuatmu tertawa untuk sejenak dan akan membuatmu bersedih dalam waktu yang lama. *pixabay.com Menyendiri dalam ruangmu dan tak terpengaruh kepada pergaulan gila yang menghabiskan seluruh apa yang kamu miliki adalah pilihan bijak. Namun ingat...

HIJRAH.

      Setiap hijrah butuh sebuah proses, karena makna hijrah sendiri adalah berproses. Entah menjadi baik ataupun lebih baik lagi. Hijrah selalu dikaitkan dengan hal positif, kebanyakan orang salah mengutip atau menyamakan hijrah dengan move on . Hijrah adalah move forward, menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kamu yang sebelumnya membuang-buang waktumu untuk hal yang kurang bermanfaat untuk tujuanmu, dengan kerelaan hati kamu mau mengubahnya meski berat, tersiksa, tidak dikenal atau apapun. *pixabay.com Pun kamu tak disiapkan untuk menjadi manusia yang stuck pada posisi tertentu, kamu di izinkan untuk bergerak, hijrah dari berbagai hal yang mengganggumu. Kamu pantas untuk itu, ini hidupmu dan kamu yang menjalani. Kamu pemeran utama dalam hidupmu ini. Kamu yang bertanggung jawab atas apa yang kamu pilih atau rasakan selama hidup ini. Terkadang dalam suatu momen kehidupan, kamu akan merasakan banyak tekanan yang mungkin tak pernah berhenti dan terus-terusan terul...