Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

Menjelang Maghrib

Saya sampai di depan rumahnya, sekitar lima menit menjelang adzan maghrib. Buku yang saya pinjam rencananya akan saya kembalikan karena dia sudah memintanya. Saya nyalakan hp dan mulai menghubunginya dan mengatakan kalau saya sudah di depan. Rumahnya tertutup rapat, hingga saya harus melakukannya. 10 menit berselang dia menjawab pesan saya dan membukakan pintu. Saya pun masuk ke rumahnya. Bersua dengan gadis dewasa yang tampak lusuh sehabis memasak. Sederhana. Itu kesan saya ketika melihat parasnya. Ia mengenakan jilbab dan celana jeans terusan ke baju. Entah apa sebutannya. Pakaian wanita memang selalu rumit. Saya duduk dan menyerahkan buku itu, sebuah novel karangan seorang “ning” dari pondok pesantren daerah Magelang. Ia masuk kedalam mempersiapkan sesuatu, meminta saya untuk menunggu sejenak. Sembari menunggu mata saya menjelajah isi ruang tamu rumahnya. Tak banyak yang bisa dilihat, hanya beberapa lukisan kota Mekkah dan sisanya dinding warna orange. Ia keluar dengan segelas minum

Move on

Tahun 2017-2018 saya pernah jatuh cinta dengan seorang gadis. Gadis yang lebih muda dari saya. Berawal dari perhatiannya kepada saya, perlahan ketertarikan itu mulai muncul. Kami, saat itu intens sekali ngobrol. Bahkan sesekali saya berkunjung ke rumahnya. Komunikasi yang intens tersebutlah yang memupuk harapan saya semakin menjadi-jadi. Saya mulai membangun persepsi tentang gadis tersebut. Bagaimana dia nanti, perasaan dia terhadap saya, serta jenjang-jenjang berikutnya dalam kehidupan kami. Saat itu saya yakin sekali kalau dia juga suka kepada saya. Mengapa saya begitu yakin? Karena adanya interaksi dua arah dari dia dan juga saya.  Namun, kenyataan berkata lain. Ada lelaki lain ternyata di kehidupannya. Saat dia memutuskan untuk memilih lelaki lain tersebut. Saya benar-benar kalut, baru pertama rasanya saya merasakan hal tersebut, sakit yang sampai saat ini masih teringat dengan jelas di ingatan saya. Perjalanan yang memberikan bekas begitu mendalam di hati saya. Saya membencinya se

Selepas Maghrib

Selepas shalat maghrib, saya membuka facebook. Mencari cari barang di market place, siapa tau ada yang jual harga miring karena efek pandemi ini. Kebiasaan ini sudah saya lakukan selama beberapa bulan terakhir. Bagi saya barang "second" masih menarik asal kita jeli dan tau akan kondisi barang tersebut. Hampir semua jenis barang. Mengapa? Umumnya orang-orang membeli barang karena hasrat mereka, padahal belum tentu mereka benar-benar butuh saat itu atau belum tentu juga akan berfungsi selamanya. Rasa bosan dan kebutuhan yang mendesak menjadikan barang bagus bisa jadi dijual dengan harga murah. Ayah saya baru saja mendapatkan gitar dan bass elektrik dari temannya waktu sekolah secara gratis, alasannya adalah barang tersebut sudah tidak di pakai lagi.  Entah kenapa hasrat untuk membeli atau membelanjakan sesuatu selalu saja susah untuk ditolak. Meski beribu teori tentang kemanfaatan menghemat ada, namun realitanya selalu saja kita kalah dengan hasrat kita. Bicara realita, pandemi