Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2019

Diskusi kecil

Pagi ini ada diskusi kecil dengan ibu. Topiknya tagihan bulanan. Kami membicarakan teknis bagaimana kami bisa menbayar tagihan yang harus kami keluarkan tiap bulan. Jujur entah beruntung atau tidak. Saya harus terbiasa dengan ini. Hidup ngga melulu tentang postingan di IG, feed atau status di facebook, yang bahkan terkadang membuat hidup kita jauh lebih ribet. ada penguatan positif yang kita dapet tapi hal negatif yang ngga nampak juga banyak. Dari diskusi itu, I realize bahwa saya udah gede. Harus tanggung jawab lebih, berani nentuin pilihan, dalam berbagai hal. Dan yang terpenting, hindari segala hal yang memicu anda untuk tidak bahagia atau bersyukur. Nowadays , IG memberi sumbangsih yang signifikan untuk ketidakbahagiaan saya. Kenapa? Karena IG membuat saya ketagihan. Terdengar lebay barangkali. Tapi itu yang saya rasakan. Konten-konten tidak sehat bagi mata dan hati. Feed IG yang membuat saya iri, baik sengaja atau tidak dan lain sebagainnya. Cerita kali ini bukan tentang IG

Yang sederhana itu rumah makan padang bung!

Aku jatuh cinta. Bukan. Aku berkehendak untuk jatuh cinta. Atau. Aku memiliki kemungkinan untuk jatuh cinta. Karena banyak membaca beberapa buku atau puisi tentang jatuh cinta. Sekarang, terlalu banyak teori jatuh cinta dalam otakku. Mencintai tak terlihat sederhana lagi. Jika aku melihat perempuan untuk pertama kali dan ada desir dihatiku. Itu berarti bukan jatuh cinta. Itu nafsu. Jika aku melihat perempuan untuk pertama kali dan ada desir dihatiku di ikuti dengan keinginanku untuk membahagiakannya. Ith berarti bukan jatuh cinta. Itu kehendak untuk jatuh cinta. Jika aku melihat perempuan untuk pertama kali dan dia juga melihatku kembali dan memberikan respon yang tepat seperti stimulus yang aku berikan. Bisa jadi itu jatuh cinta. Jika aku datang melamar seorang dengan harapan di terima dan tak perduli jika nanti ditolak. Itu jatuh cinta. Jika aku menikahi seseorang dan dia memandangku dan menaruh kepercayaan padaku. Itu berarti cinta sudah tumbuh dihatiku. Ribet kan? Qays jadi

Ruwet dengan diri sendiri

Ruwet dengan diri sendiri. Pernah ada orang yang berkata atau tepatnya memberi nasehat kepadaku, dia berkata "kamu kok sukanya membuat segala hal jadi lebih ribet". Saat itu aku harus mengakui bahwa aku memang pribadi yang ribet. Tapi , aku akan menceritakan sedikit tentang diriku. Sebuah rahasia kecil. Sebagai seorang yang belajar di dunia psikologi, aku mengenal berbagai hal jenis gangguan kejiwaan. Salah satunya aku rasa menjangkit di dalam diriku. Attension defisit disorder. ADD. Kamu bisa googling terkait hal itu. Ini masih dugaanku belaka. Melihat begitu ribetnya segala proses yang ada di otakku. Mungkin jika digambarkan isi kepalaku ini serupa dengan perang yang terjadi di timur tengah. Kadang meletup kadang tenang. Terkadang aku merasa sangat terinspirasi melakukan banyak hal dan dilain waktu aku merasa sangat malas dengan berbagai hal. Bukankah itu wajar? Sekilas terlihat wajar. Tapi masalahnya aku tak pernah bisa fokus ketika diriku sedang dalam tahap "te

Kehilangan jatidiri

Didedikasikan bagi yang butuh perenungan tentang jatidiri , bagi yang tidak , saya sarankan untuk tak melanjutkan membaca : ) " kehilangan orang yang kita cintai adalah hal yang menyedihkan , tapi kehilangan jatidiri jauh lebih menyedihkan" Tak banyak orang yang mau dengan sengaja memikirkan jatidirinya. Kebanyakan dari kita lebih suka dipaksa oleh usia. Saat usia sudah kepala dua atau masa-masa akhir perkuliahan mulailah kita berfilsafat tentang diri kita. Tentang jatidiri kita, tentang tujuan hidup kita. Namun seperti yang saya katakan, "tak banyak". 5 tahun terakhir, ketika penggunaan kata "millenial" dan start up mulai sering mampir ditelinga kita. Beberapa dari kita sudah ogah mengenali jatidirinya. Hidup dibuat mengalir saja katanya. Atau hidup adalah perjuangan demi sebuah popularitas belaka. Sengaja atau tidak, kita sejatinya mendamba dikenal banyak orang. Namun kita tak pernah secara gamblang mengungkapnnya. Kita lebih banyak bersembunyi di