Skip to main content

Posts

Bahagia yang sederhana

 " Hidup ini sudah seharusnya berisi kumpulan-kumpulan kebahagiaan yang sederhana " Seringkali kita menghabiskan waktu tanpa benari-benar hadir dalam periode tersebut, badan dan pikiran tak hadir dengan mufakat dalam waktu yang sama. Akhirnya kita seringkali menggerutu terkait waktu yang terasa cepat namun serasa tak mengerjakan apapun.  Kalau anda mengalami hal serupa, barangkali anda lupa bagaimana caranya bahagia dengan hal-hal sederhan seperti bernyanyi sembari bekerja, bercanda dengan teman, mensyukuri setiap momen kebersamaan bersama orang-orang disekitar anda, atau hal serupa. Anda mungkin lebih sering disibukkan dengan berbagai hal yang sifatnya tergesa-gesa, membuat anda serasa diburu oleh waktu, seakan 24 jam dalam 1 hari kurang sekali. Dulu semasa kecil saat sore ari, saya ingat betul bagaimana saya menghabiskan waktu dengan begitu sempurna sebagai seorang anak-anak. Bangun tidur siang hari, mandi lalu ngaji setelahnya bermain kelereng atau sepakbola di lapangan be
Recent posts

Kesepian

Salah satu momen terkacau dalam hidup adalah ketika anda mulai membandingkan diri anda dengan orang lain, kenapa? Karena saya jamin anda tak akan pernah puas dengan jawaban yang anda peroleh. Sometimes,  anda merasa lebih baik namun jancoknya seringkali anda merasa jauh lebih dalam buruk sekali seperti di dalam jurang kegagalan yang gelap dan anda tak pernah mampu melihat setitik cahayapun dari apa yang diperbandingkan dengan anda. Siang ini keluarga saya kedatangan tamu, seorang rekan yang menceritakan betapa pedulinya sang anak kepada dirinya. Dengan nada sedikit bangga, dia menceritakan bagaimana anak-anak nya memperlakukan dia seperti raja. Memberi kiriman dengan sejumlah uang yang nominalnya tentu lebih besar dibandingkan dengan apa yang bisa saya berikan. Sialnya, saya mendengar percakapan itu dan tahukah anda bahwa itu adalah salah satu momen dimana saya merasa seperti sampah di dunia ini. Betapa gilanya dunia ini ternyata, sedikit kata yang keluar tanpa memikirkan orang lain bi

Menjadi Sarjana

Seminggu ini saya cukup sebal, hati saya agak risih dan tidak enak rasanya. Setelah saya telisik lebih dalam ternyata penyebabnya adalah story wa teman-teman yang satu persatu sudah menyelesaikan sidang akhir skripsinya.  Selamat ya, congrats guys... Alalaah cok. Saya tau idealnya saya harus ikut bahagia dengan kesuksesan teman saya menempuh sidang akhir tapi apa mau dikata ternyata saya manusia biasa yang jauh dari paripurna. Sifat-sifat iri sakit hati perlahan menjalar ke seluruh tubuh karena ada triggernya . Bukan main, saya tau lulus adalah salah satu pencapaian dalam hidup yang sepertinya kudu di syiarkan. setelah perjuangan panjang, menghadapi dosen dengan berbagai karakter. Mulai dari yang gemar sekali ghosting  hingga yang rigid nya minta ampun perihal bimbingan skripsi, ya. Semua patut dirayakan. Tak perlu anda memikirkan hati orang-orang yang dengki karena belum bisa selevel dengan anda, itu urusan mereka sendiri, lagian toh ini status anda sendiri, kalau rekan anda yang deng

baby step

Setiap yang hidup, pasti punya angan. Entah disampaikan atau hanya disimpan saja. Begitupun saya, dengan segala kekurang beserta kelebihan, sudah tentu saja punya berjuta angan. Angan yang serius yang kita sebut cita-cita atau yang hanya sekelibat saja berlalu dalam hidup yang tetap menjadikan sebuah angan. Bagaimanapun angan tetap harus diukur panjangnya, kata kekasih Tuhan kita dilarang berpanjang angan, mungkin karena akan mengurangi kadar keimanan kita kepada apa yang harus akan terjadi di kemudian hari sebagai suatu bentuk takdir yang kudu dengan ikhlas diterima. Maka itu, baby step  dari setiap angan kita haruslah jelas dan juga dilakukan dengan presisi serta telaten. Seharusnya tak ada angan yang tak bisa dicapai ketika kita menyadari bahwasanya setiap langkah dibersamai oleh Dzat yang Maha Mempermudah segala urusan. KedigjayaanNya selalu akan selalu menolong kita ketika kita sadar, hidup dalam spektrum yakin dilindungi olehNya. Hidup yang sepertinya begini-begini saja, adalah p

Sebuah Pengalaman

Taukah kalian bahwa untuk menciptakan sebuah lukisan yang sempurna, enak dilihat dan sesuai harapan kalian. Maka yang harus kalian miliki adalah puluhan ataupun ratusan alat dan bahan. Kalian membutuhkan banyak sekali jenis warna yang sesuai dengan apa yang kalian harapkan, kuas dengan berbagai ukuran untuk membuat detil-detil yang meyakinkan, canvas yang masih putih untuk menuangkan berjuta ide kalian dan sedikit passion untuk melukis. Begitupun hidup. Tabula rasa. Sebuah teori mengenai bagaimana manusia berkembang sebagai seorang individu. Seorang psikolog bernama john locke mengatakan bahwa manusia lahir ke bumi tanpa membawa pengalaman mental apapun. Mereka selayaknya kertas kosong. Sejalan dengan pendapat dikalangan umat muslim bahwa bayi lahir dengan fitrahnya yang suci. Pengalaman lingkungan serta didikan orang tua lah yang membentuknya menjadi seorang individu. Dan itulah jawaban mengapa manusia begitu beragam. Kembali ke lukisan. Analogi lukisan tersebut serupa dengan kehidupa

Sirkus Kehidupan

Sewaktu saya masih duduk dibagku sekolah dasar banyak hal menarik yang terjadi di hidup saya, salah satunya adalah ajakan sekolah untuk menonton pertunjukan sirkus secara kolektif. Waktu itu tiket masuk ke sirkus sekitar 20 ribu rupiah. Karena kolektif kami mendapat potongan harga tentunya. Hari itu pun tiba, saya dan teman-teman duduk di sebuah kursi yang dibangun melingkar menyerupai sebuah hall. Ditengahnya ada panggung pertunjukan. Berbagai pentas pun ditampilkan satu persatu. Mulai dari binatang yang pandai melompat lingkaran holahop yang ada api nya, hingga pertunjukan menakjubkan seperti orang bergelayutan di atap hall dengan beberapa tali. Semuanya membuat kami terkesan saat itu. Sekarang, ketika saya mencoba sedikit merefleksi hidup. Saya seolah teringat kembali dengan sirkus-sirkus tersebut. Hidup tak ubahnya nampak seperti sirkus. Banyak hal lucu dan menakjubkan terjadi. Hal-hal tak terduga yang tak pernah ada dibenak kita sekalipun sangat sering kita jumpai di kehidupan man

Menjelang Maghrib

Saya sampai di depan rumahnya, sekitar lima menit menjelang adzan maghrib. Buku yang saya pinjam rencananya akan saya kembalikan karena dia sudah memintanya. Saya nyalakan hp dan mulai menghubunginya dan mengatakan kalau saya sudah di depan. Rumahnya tertutup rapat, hingga saya harus melakukannya. 10 menit berselang dia menjawab pesan saya dan membukakan pintu. Saya pun masuk ke rumahnya. Bersua dengan gadis dewasa yang tampak lusuh sehabis memasak. Sederhana. Itu kesan saya ketika melihat parasnya. Ia mengenakan jilbab dan celana jeans terusan ke baju. Entah apa sebutannya. Pakaian wanita memang selalu rumit. Saya duduk dan menyerahkan buku itu, sebuah novel karangan seorang “ning” dari pondok pesantren daerah Magelang. Ia masuk kedalam mempersiapkan sesuatu, meminta saya untuk menunggu sejenak. Sembari menunggu mata saya menjelajah isi ruang tamu rumahnya. Tak banyak yang bisa dilihat, hanya beberapa lukisan kota Mekkah dan sisanya dinding warna orange. Ia keluar dengan segelas minum