Skip to main content

James and The Legend Sword |part 2

lanjutan dari part 1

James bangun, melihat sekelilingnya, daratan, rumah, tempat bermain, semua kenangan kini hancur tak bersisa sedikitpun. Air matanya menetes, kemudian pandangannya beralih ke pedang disampingnya. James mengambil pedang tersebut lalu membuangnya jauh jauh. Air matanya semakin deras, lututnya menyentuh tanah, kepalanya tertunduk. Kali ini dia mengutuk langit dan pedang legenda tersebut. Perasaan dendam sudah tertanam di hatinnya, dia bertekad akan membalaskan dendamnya, entah bagaimanapun carannya.
…        
*pixabay.com
Sementara di laut lepas ada seorang nelayan yang melihat kejadian mengerikan tersebut. Selama bertahun tahun melaut dia baru melihat kejadian ini untuk pertama kalinnya.    Dan ini adalah kejadian yang benar benar mengerikan. Dia meyakini tak aka nada satu orangpun yang mampu menyelamatkan diri mereka dari kejadian tersebut. Namun dalam hati nelayan tersebut rasa penasaran seolah olah memaksa dia untuk menuju ke daratan Euronasia. Lantas setelah melihat keadaan laut yang tenang kembali, dia memberanikan diri untuk menuju daratan Euronasia.

Bangkai manusia, reruntuhan bangunan, dan semua kekacauan terpampang jelas dihadapan matannya kini. Dia tidak bisa mempercayai ini semua. Daratan yang terkenal          dengan produksi gandum ini kini benar benar hancur. Seperti dihantam kiamat kecil.     Seluas mata memandang hanya reruntuhan dan bangkai yang terlihat. Serta bau bangkai yang menyengat hidungnya.

Namun matanya terhenti sejenak ketika melihat sesosok yang nampaknya seperti          manusia terlihat di atas bukit . Nelayan tersebut beranjak menghampiri sosok tersebut.  Semakin mendekat semakin jelas bahwa sosok tersebut adalah manusia. Dia tidak bisa mempercayainya, setelah apa yang dia lihat tadi ternyata masih ada yang mampu           selamat dari kiamat yang menghancurkan seluruh daratan beserta isinnya.

“ Ini benar benar gila " gumamnya dalam hati.

Sekarang dia hanya berjarak 10 meter dari sosok tersebut. Ternyata sosok tersebut         adalah anak kecil. Anak tersebut terpaku, diam, tak bergerak sedikitpun, di pipinya        nampak jelas bekas airmata, matanya sayu, tampak sekali kesedihan dalam dirinnya.     Tapi bibirnya tersenyum tipis seolah menyembunyikan sesuatu. Nelayan itu ketakutan,  apakah kejadian ini ada kaitanya dengan anak tersebut. Sementara disampingnya          tergeletak sebuah pedang yang bagus, nampak baru dibuat namun bentuknya tidak seperti pedang pedang pada umumnya. Pegengan oedang tersebut terbuat dari kayu yang berwarna kecoklatan. Ada sedikit tulisan di pedang tersebut. Sementara material pedang tersebut dari baja yang kuat terlihat dari kerapatan pedang tersebut. Tapi yang paling menarik dibagian tajam pedang tersebut, seluruhnya terbuat dari permata yang diasah tajam. Bening namun mematikan.
Nelayan tersebut menghampiri anak tadi. seketika memeluk nelayan tersebut. Erat sekali. Seolah melampiaskan sesuatu, seolah benar benar sangat kehilangan. Nelayan tersebut masih terpaku dan tidak mempercayainya. Kejadian barusan adalah yang pertama baginnya. Nelayan tersebut ingin menanyakan perihal tersebut kepada anak kecil ini. Namun dia mengurungkan dan memutuskan mengajak tersebut mengajak anak tersebut kembali ke rumahnya diseberang pulau. Dengan semua kejadian yang menimpanya nelayan tersebut tak pernah benar benar berani menanyakan mengenai kejadian di Euronasia.

Mereka kemudian beranjak ke perahu nelayan tersebut. Si nelayan tersebut memutuskan membawa pedang yang sepertinnya sengaja ditinggalkan oleh anak itu.

...

Comments

Popular posts from this blog

Berbuat Baik, Sebaik Mungkin

Opini kali ini, judulnya tentang berbuat baik; sebaik mungkin. Tadi malem, saya ngaji di salah satu majlis. Kata ustadznya, ada maqalah yang bilang kek gini. " Kalau kamu muliakan orang alim, sejatinya kamu sedang memuliakan dirimu sendiri".  Kemarin, saya juga ngelakuin suatu hal yang udah maksimal tapi cuma dapet apresiasi minimal dari atasan. Seringkali dalam kehidupan hal tersebut terjadi. Kita ngebelain ngelembur, kerjain mati-matian, serius melakukan yang terbaik, tapi dapet apresiasi yang minim dari orang lain. Manusiawi sih. Sangatlah wajar kalau kita udah ngelakuin suatu pekerjaan dengan maksimal dan kita juga ngarep apresiasi yang setimpal dari orang lain. Ngarep itu kan udah jadi rutinitas keseharian buat kita, kenapa? Karna kita niatnya dari awal keliru.  Saya kadang ngrengeng-ngrengeng atau membayangkan beberapa hal yang saya lakukan dulu. Dulu waktu kerja di pabrik, saya sebagai anak yang baru lulus, shock betul waktu itu. Dapet kerjaan yang modalnya

Ustadz Hanan Attaki "Walisongo Zaman Now"

Oleh : Arsa Pagi ini saya sedikit terinspirasi dan termotivasi oleh beberapa video yang digarap oleh Ustadz Hanan Attaki dengan gerakan "shift" bentukannya. Secara pribadi jujur saya menyukai apa yang dilakukan oleh Ustad dan kolegannya. Bak seorang juru taktik sepakbola, beliau sangat visioner dan paham cara merebut atau mengajak hati kawula muda untuk berhijrah. Kemasan dakwah dengan tema-tema sosial kekinian serta memanfaatkan banyak teknologi zaman sekarang membuat kajian yang dipimpinya beda dengan yang lainnya. *Ustadz Hanan Attaki Ustad Hanan Attaki ini seperti penjelmaan dari walisongo jaman dulu . Dahulu Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang memanfaatkan media gamelan dan wayang untuk berdakwah, mengajak serta membumi islamkan nusantara. Dakwah yang terbukti moncer ini berhasil membuat nama mereka dikenang hingga sekarang dan bahkan makam-makamnya masih saja memberikan keberkahan kepada warga sekitar karena sering dikunjungi oleh penziarah dari luar daerah. 

Sebuah Pengalaman

Taukah kalian bahwa untuk menciptakan sebuah lukisan yang sempurna, enak dilihat dan sesuai harapan kalian. Maka yang harus kalian miliki adalah puluhan ataupun ratusan alat dan bahan. Kalian membutuhkan banyak sekali jenis warna yang sesuai dengan apa yang kalian harapkan, kuas dengan berbagai ukuran untuk membuat detil-detil yang meyakinkan, canvas yang masih putih untuk menuangkan berjuta ide kalian dan sedikit passion untuk melukis. Begitupun hidup. Tabula rasa. Sebuah teori mengenai bagaimana manusia berkembang sebagai seorang individu. Seorang psikolog bernama john locke mengatakan bahwa manusia lahir ke bumi tanpa membawa pengalaman mental apapun. Mereka selayaknya kertas kosong. Sejalan dengan pendapat dikalangan umat muslim bahwa bayi lahir dengan fitrahnya yang suci. Pengalaman lingkungan serta didikan orang tua lah yang membentuknya menjadi seorang individu. Dan itulah jawaban mengapa manusia begitu beragam. Kembali ke lukisan. Analogi lukisan tersebut serupa dengan kehidupa