Masih adakah orang-orang yang mampu mencintai kesederhanaan? Di dunia yang gemerlap ini katanya kita harus realistis, melihat segala sesuatu berdasar kenyataan. Segalanya harus serba transaksional, kamu mau apa, kamu tau harus berbuat apa. Segala cara dipandang sebagai sesuatu yang wajar, ambil saja satu contoh. Yakni menyuap, dulu mungkin menyuap adalah tindakan yang melanggar etika kehormatan seseorang. Ketika seorang disuap atau menyuap dapat dipastikan akan dinilai buruk oleh orang disekitar ketika ketahuan. Tapi di zaman sekarang ini, seseorang lebih menghargai sebuah pertemanan yang menguntungkan meski harus menyuap atau disuap. Alasannya sederhana, saling mengerti sajalah.
Di hingar bingar dunia digital inipun, sudah tak asing lagi kalau kecantikan bantuan perawatan dan kosmetik kelas wahid bisa membuat seorang jadi lebih populer. Kalau lagu jaman dahulu ada yang berjudul "ada uang abang disayang". Sekarang "banyak uang, disayang dunia". Kita bisa jadi segala-galanya dengan lembaran kertas bernominal tersebut. Karena dunia sekarang mengedepankan realitas. Saling menindaspun bukan hal yang aneh asal itu masih realistis. Efeknya moral manusia sekarang semakin bejat, hierarki mana yang baik dan buruk sudah samar demi tegaknya realitas.
"kita harus realistis di zaman sekarang. Kalau bisa sekalian pragmatis. Simple saja". Jika kita menentang sistem khilafah yang baru-baru ini dibubarkan. Kok agaknya bukan karena ketidak cocokan sistem tersebut terhadap kehidupan bernegara kita. Melainkan karena ada keinginan-keinginan kita yang secara tidak langsung lebih menyukai kebebasan tanpa batas-batas moral yang jelas.
Saya tak hendak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di beberapa tahun kedepan, karena sekarang sudah era globalisasi dimana semuanya menjadi sangat cepat berubah. Dulu mungkin kita mencintai Amerika dengan Obamanya, tapi sekarang mungkin kita membenci Amerika dengan Trumpnya. Ahh, dunia bergerak begitu cepat. Seperti itu juga hati kita, semoga nilai moral yang ditanamkan oleh para kakek nenek moyang kita tak kita rubuhkan dengan dalih memenuhi keinginan yang sesaat ini.
Semoga kita cepat sadar.
Di hingar bingar dunia digital inipun, sudah tak asing lagi kalau kecantikan bantuan perawatan dan kosmetik kelas wahid bisa membuat seorang jadi lebih populer. Kalau lagu jaman dahulu ada yang berjudul "ada uang abang disayang". Sekarang "banyak uang, disayang dunia". Kita bisa jadi segala-galanya dengan lembaran kertas bernominal tersebut. Karena dunia sekarang mengedepankan realitas. Saling menindaspun bukan hal yang aneh asal itu masih realistis. Efeknya moral manusia sekarang semakin bejat, hierarki mana yang baik dan buruk sudah samar demi tegaknya realitas.
Pixabay.com |
Saya tak hendak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di beberapa tahun kedepan, karena sekarang sudah era globalisasi dimana semuanya menjadi sangat cepat berubah. Dulu mungkin kita mencintai Amerika dengan Obamanya, tapi sekarang mungkin kita membenci Amerika dengan Trumpnya. Ahh, dunia bergerak begitu cepat. Seperti itu juga hati kita, semoga nilai moral yang ditanamkan oleh para kakek nenek moyang kita tak kita rubuhkan dengan dalih memenuhi keinginan yang sesaat ini.
Semoga kita cepat sadar.
Comments
Post a Comment