Dalam kitab bidayatul hidayah karangan hujjatul islam, Imam Al Ghazali. Ada pokok bahasan yang dibahas dalam salah satu bab yakni tentang niat.
“Ketahuilah wahai manusia yang ingin mendapat curahan ilmu, yang betul-betul berharap dan sangat haus kepadanya, bahwa jika engkau menuntut ilmu guna bersaing, berbangga, mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia, maka sesungguhnya engkau sedang berusaha menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu, dan menjual akhirat dengan dunia.”
Imam berusaha mengajarkan kita untuk mengupas hingga lapisan terdalam dari niat kita ketika melaksanakan sebuah kegiatan ibadah. Baik untuk mencari ilmu atau ibadah yang lainnya.
Seakan sejalan dengan itu, dalam kitab arbain nawawi dan juga riyadhus shalihin topik yang pertama dibahas juga bab tentang niat. Ulama-ulama terdahulu terlihat seperti berhati hati dalam perkara niat ini,seakan-akan hal utama yang sangat penting untuk diketahui. Lantas dengan kefakiran saya dalam hal keilmuan tidak sengaja menemukan kejadian yang menurut saya unik. Yakni saya menemukan adanya korelasi antara niat dengan sesuatu yang kita peroleh dari setiap kegiatan kita. Seolah olah niat tersebut ketika di niatkan menjadi sebuah “jalan baru” yang kita tempuh dan akhirnya sampai ke suatu tujuan yang sesuai dengan apa yang kita niatkan diawal suatu kegiatan.
Saya jadi teringat tentang sebuah hadist yakni,
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ ِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Jadi perumpamaan niat adalah seperti sebuah kunci loker. Kunci loker hanya bisa membuka satu loker saja. Kecuali master key. Setiap kunci tersebut hanya mampu membuka satu loker saja dan tak akan salah. Niat pun seperti itu, satu niat akan mengantarkan kita kepada loker dari apa yang kita niatkan tersebut. Jika niat kita baik pasti isi loker kita juga kebaikan, pun sebaliknya
Wallahu a’lam bishowwab.
arsa.
Comments
Post a Comment