Skip to main content

Bahaya berteman dengan keluarga di medsos

Pernah ngga kalian ngerasa risih berteman dengan saudara sendiri di sosmed. Atau berteman sama orang tua, guru, dosen (apalagi dosbing)? Saya mau membagi sedikit cerita saya mengenai hal tersebut. Seperti biasanya kalian nda perlu terlalu serius pas ngebacanya.

Dulu atau mungkin sampe sekarang kalik saya masih membatasi pertemanan dengan seseorang yang masih punya hubungan sedarah dengan saya. Karena saya merasa bahwa rahasia saya di medsos bakalan terbongkar ketika temenan sama saudara sendiri.

Coba bayangin, ketika kalian kumpul bareng sekeluarga besar. Tetiba ada saudara kalian yang nyeletuk kesemua orang disitu tentang kondisi kalian di medsos, semisal

" Eh, si Arsa lagi galau lho. Kalau nulis status galau-galau terus".

What do you feel? Pie perasaanmu?

Mungkin ada yang biasa saja, karena emang udah sering digituin atau emang dia rai gedek. Tapi bagaimana dengan yang hatinya sensitif, mudah malu, mudah terluka, dsb. Pasti akan sangat malu dan bahkan mungkin akan merubah perilakunya di media sosial atau di dunia sosialnya yang sebenarnya. Dia bakal takut buat ngungkapin apa yang ada di hatinya.

Saya pernah punya temen yang punya kasus diatas, kita waktu itu ikut ekskul yang sama di sekolah, inisial ekskulnya Pramuka. Temen saya nih cewe, dia aktif banget di medsos, meski akun dia ngga rame banget. Suatu ketika dia nulis status yang intinya mengungkapkan kekecewaannya kepada salah satu senior di medsos miliknya. Besoknya, kita seangkatan kena pressing (moment dimana kalian dikumpulkan untuk dimarahi dengan kedok latihan mental) karena status temen saya tersebut. Setelahnya jelas semua berubah, baik kehidupan di dunia maya maupun nyatanya.

Begitulah, salah satu alasan kuat untuk tidak berteman dengan saudara atau orang yang deket dengan kita. Saya yakin masih banyak alasan lain. Point pentingnya menurut saya adalah kesalahpahaman kita mengenai media sosial.

Hal yang sering lupa kita mengerti adalah media sosial bukanlah ruang privat, medsos itu tempat berbagi, sedikit pamer, connecting people, menyebarkan ideologi dan beberapa untuk berdagang. Kesalahan pengguna medsos yang kebetulan introvert atau pendiam adalah membagikan isi dalam hatinya yang selama ini tidak pernah di tampakan keluar. Introvert tetiba jadi ekstrovert di dunia maya. Sebenarnya akan jadi masalah besar ketika orang-orang ngga paham ini.

Hal kedua adalah, medsos itu multitafsir. Bagi audience atau follower atau pengguna yang gampang baper akan selalu menjadi masalah. Karena tiap status atau postingan yang ada di akun kita selalu dikaitkan dengan dirinya. Padahal belum tentu hal tersebut ada kaitanya dengan kita. Dan diperparah dengan ketidakmauan untuk menanyakan secara langsung kepada siempunya postingan. Bisa bayangin kan kalau orang tersebut adalah follower kita.

Itu 2 hal yang bisa menyebabkan masalah ketika kamu difollow keluarga atau siapapun yang deket denganmu.

Kita masuk ke intinya, sebenernya ngga salah kamu berteman dengan keluargamu atau temen deketmu atau siapapun di medsos selama kamu ngga bermuka dua. Apa yang kamu tampilkan di dunia nyata ataupun maya sama.

Dan ketika kamu memutuskan untuk mengizinkan saudaramu, atau orang-orang deket tadi untuk saling berhubungan di medsos, kamu harus paham dengan segala resiko yang ada. 2 hal krusial diatas tadi sangat penting sekali untuk dipahami, yaitu medsos bukan tempat yang private dan pengguna medsos terkadang baperan.
Nah, itulah sedikit cerita mengenai berteman dengan keluarga dekat di medsos. Semoga bermanfaat ya.

Comments

  1. Masalah seperti yang mas adil sampaikan sdh saya prediksi sebelum memutuskan berteman dengan keluarga atau saudara. Solusinya saya membuat akun tidak cuma 1. Akun yang menerima pertemanan keluarga biasanya akun yang justru untuk jualan :D Sedangkan akun lainnya buat narsis atau hal lainnya yang memang privat.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berbuat Baik, Sebaik Mungkin

Opini kali ini, judulnya tentang berbuat baik; sebaik mungkin. Tadi malem, saya ngaji di salah satu majlis. Kata ustadznya, ada maqalah yang bilang kek gini. " Kalau kamu muliakan orang alim, sejatinya kamu sedang memuliakan dirimu sendiri".  Kemarin, saya juga ngelakuin suatu hal yang udah maksimal tapi cuma dapet apresiasi minimal dari atasan. Seringkali dalam kehidupan hal tersebut terjadi. Kita ngebelain ngelembur, kerjain mati-matian, serius melakukan yang terbaik, tapi dapet apresiasi yang minim dari orang lain. Manusiawi sih. Sangatlah wajar kalau kita udah ngelakuin suatu pekerjaan dengan maksimal dan kita juga ngarep apresiasi yang setimpal dari orang lain. Ngarep itu kan udah jadi rutinitas keseharian buat kita, kenapa? Karna kita niatnya dari awal keliru.  Saya kadang ngrengeng-ngrengeng atau membayangkan beberapa hal yang saya lakukan dulu. Dulu waktu kerja di pabrik, saya sebagai anak yang baru lulus, shock betul waktu itu. Dapet kerjaan yang modalnya

Ustadz Hanan Attaki "Walisongo Zaman Now"

Oleh : Arsa Pagi ini saya sedikit terinspirasi dan termotivasi oleh beberapa video yang digarap oleh Ustadz Hanan Attaki dengan gerakan "shift" bentukannya. Secara pribadi jujur saya menyukai apa yang dilakukan oleh Ustad dan kolegannya. Bak seorang juru taktik sepakbola, beliau sangat visioner dan paham cara merebut atau mengajak hati kawula muda untuk berhijrah. Kemasan dakwah dengan tema-tema sosial kekinian serta memanfaatkan banyak teknologi zaman sekarang membuat kajian yang dipimpinya beda dengan yang lainnya. *Ustadz Hanan Attaki Ustad Hanan Attaki ini seperti penjelmaan dari walisongo jaman dulu . Dahulu Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang memanfaatkan media gamelan dan wayang untuk berdakwah, mengajak serta membumi islamkan nusantara. Dakwah yang terbukti moncer ini berhasil membuat nama mereka dikenang hingga sekarang dan bahkan makam-makamnya masih saja memberikan keberkahan kepada warga sekitar karena sering dikunjungi oleh penziarah dari luar daerah. 

Sebuah Pengalaman

Taukah kalian bahwa untuk menciptakan sebuah lukisan yang sempurna, enak dilihat dan sesuai harapan kalian. Maka yang harus kalian miliki adalah puluhan ataupun ratusan alat dan bahan. Kalian membutuhkan banyak sekali jenis warna yang sesuai dengan apa yang kalian harapkan, kuas dengan berbagai ukuran untuk membuat detil-detil yang meyakinkan, canvas yang masih putih untuk menuangkan berjuta ide kalian dan sedikit passion untuk melukis. Begitupun hidup. Tabula rasa. Sebuah teori mengenai bagaimana manusia berkembang sebagai seorang individu. Seorang psikolog bernama john locke mengatakan bahwa manusia lahir ke bumi tanpa membawa pengalaman mental apapun. Mereka selayaknya kertas kosong. Sejalan dengan pendapat dikalangan umat muslim bahwa bayi lahir dengan fitrahnya yang suci. Pengalaman lingkungan serta didikan orang tua lah yang membentuknya menjadi seorang individu. Dan itulah jawaban mengapa manusia begitu beragam. Kembali ke lukisan. Analogi lukisan tersebut serupa dengan kehidupa