Skip to main content

Kisah Cinta Yang Menguap karena hal-hal sepele.

Memulai hubungan percintaan atau sosial memang bukan perkara yang mudah. Terkadang ada yang sangat kikuk atau mungkin ada yang over confident. Dinamika tersebutlah yang perlu kita jadikan pertimbangan ketika memutuskan untuk menjauhi atau memutus hubungan pertemanan.

Kisah kali ini datang dari kawan saya seorang lelaki dan seorang perempuan. Yang memiliki probabilitas untuk saling jatuh cinta. Baik, kita mulai kisahnya dari sudut pandang sang lelaki.
Lelaki ini adalah lelaki biasa. Seorang pengangguran yang baru saja lepas dari bangku perkuliahan. Untuk mengisi waktu sembari menunggu panggilan kerja, lelaki yang sering dipanggil Usep ini, mengadu peruntungannya dengan berjualan di online shop.

Usep memilih berdagang action figure dengan alasan dia sangat tau tentang detil barang tersebut. Mulai dimana tempat mengambil barang yang murah, bagus dan berkualitas hingga layak dijual kembali ke pasar dengan harga yang tak mungkin rugi.

Berdagang ternyata bukanlah keahlian Usep, dia tipikal pedagang online yang hanya mampu menjual produknya sekali dalam seminggu, atau maksimal 3 buah dalam seminggu. Rata-rata peminatnya berasal dari luar kota, otomatis Usep terbilang cukup sering pergi ke jasa ekspedisi.

Suatu hari, Usep berangkat ke ekspedisi langganannya di dekat komplek rumahnya. Tapi hari itu, alamat pelanggan yang akan dikirimkan barang oleh Usep tidak ada di database ekspedisi langganannya. Walhasil dia disarankan untuk mengirim melalui jasa ekspedisi plat merah oleh pelangganya.

Usep pun mencobanya. Dia mendatangi ekspedisi plat merah tersebut. Dengan sepeda motornya dia menuju ke tempat itu. Diparkirnya motor tersebut di depan ruko. Dia ambil barangnya lantas membuka pintu kantor tersebut. Hanya ada satu pegawai yang melayani ekspedisi tersebut. Usep menyerahkan barangnya, dan pegawai tersebut mulai mendatanya.

Karena merasa biaya yang dikeluarkan lebih murah dan fasilitas pelayanan sama saja dengan yang lainnya, usep memutuskan untuk menggunakan jasa ekspedisi plat merah itu.

Tak kurang lebih dari 5 kali dalam sebulan, Usep rajin ke kantor ekspedisi plat merah tersebut. Tentunya untuk mengirim barang daganganya ke para pelanggan.

Seperti yang saya ceritakan di awal, hanya ada satu pelayan atau pegawai di kantor ekspedisi tersebut. Sebenarnya ada 2, namun yang satu lebih sering ke lapangan untuk mengantar barang.
Hari itu, usep masuk seperti biasa ke kantor ekspedisi tersebut. Membuka pintu dan menyerahkan barang tersebut untuk dikirim. Sang pegawai tersenyum, ternyata resleting usep belum ditutup ( ini bukan cerita yg sebenarnya hahaha). Sang pegawai yang kebetulan perempuan tersebut tersenyum kepada Usep. Usep pun membalas senyum sang pegawai.

Namun ternyata senyum gadis pegawai ekspedisi tersebut membekas dibenak usep hingga perjalanan pulang. Lantas usep pun berusaha menggali pikiran atau ingatannya tentang gadis tersebut. Ternyata hari itu, saat si gadis memberikan senyum ke usep. Gadis tersebut juga tampil beda, rambut yang biasanya di ikat tali ke belakang, entah apa sebutannya. Hari itu si gadis tak mengikat rambutnya dan membiarkan rambutnya tergerai begitu saja. Disitulah benih cinta itu tumbuh di hati Usep. Atau setidaknya benih ketertarikan.

Sepanjang perjalanan Usep berpikir untuk memberanikan diri agar bisa berkenalan dengan gadis tersebut. Meskipun pada kenyataanya Usep tak pernah berani mengeluarkan kata-kata apapun ketika berjumpa gadis itu. Hingga pada akhirnya Usep memutuskan untuk tidak lagi mengirim lewat jasa ekspedisi tempat si gadis bekerja. Karena rasa malu.

Sekarang kita ke sudut pandang si gadis. Sebut saja namanya Mira. Mira adalah gadis yang mandiri sejak SMP. Saat usianya sudah memasuki usia kuliah, Mira memutuskan untuk pergi merantau untuk kuliah.

Namun sadar diri bahwa dia bukanlah orang yang berkecukupan rezeki, mira juga bekerja untuk membayar kuliahnya. Akhirnya Mira ditawari bekerja oleh seseorang di sebuah jasa ekspedisi plat merah.

Hari berlalu hari dilewati Mira dengan aktifitas rutin, pagi kerja sorenya kuliah. Seperti itu terus selama beberapa semester. Lelah, jelas dirasakan Mira namun Mira menerima hal tersebut lantaran bagi Mira segala hal sudah diatur.

Hari itu Mira kedatangan pelanggan yang berbeda bagi Mira. Sebenarnya secara fisik tampak biasa saja jika dibanding pelanggan lain. Namun perilaku pelanggan ini membuat atau memberi bekas di hati Mira.

Setiap selesai mengirim, sang pelanggan memegang handphone untuk memfoto resi lantas mengirimnya ke seseorang. Setelah selesai mengirim foto, sang pelanggan ini menengadahkan tangan untuk beberapa detik lantas mengusap wajahnya sebagai tanda syukur. Hal tersebutlah yang membuat mira penasaran.

Tak kurang dari 5 kali dalam sebulan, pelanggan setia tersebut datang untuk mengirimkan barang. Mira yang sudah terlanjur penasaran ke sang pelanggan selalu berusaha tau lebih tentang barang yang dikirim pelanggan itu, berharap tau apa kesibukan seseorang yang tak sengaja mencuri hatinya.
Bahkan Mira pun menyimpan nomor telepon sang pelanggan yang biasanya tertera di alamat pengirim. Namun karena Mira merasa tak etis jika seorang perempuan berkenalan langsung ke lelaki. Mira mengurungkan niatnya.

Suatu hari, karena merasa tak mendapatkan perhatian dari sang pelanggan yang terbilang cukup sering mengirim melalui tempat Mira bekerja. Mira merubah tampilannya agak lebih fresh. Mira melepas kuncir rambutnya, merias wajahnya dengan riasan sewajarnya namun menarik menurutnya agar sang pelanggan memulai obrolan terlebih dahulu.

Hari berlalu hari sang pelanggan akhirnya datang lagi. Mira tersenyum tipis melihat sang pelanggan. Berusaha melayani dengan baik dan berharap terjadi percakapan. Dan percakapan yang diharap Mira terjadi.

Namun apa daya, Mira tak siap dengan pertanyaan sang pelanggan, bahkan Mira sempat grogi untuk menjawab pertanyaan tersebut dan gagal memberanikan diri untuk gantian bertanya agar timbul percakapan.

Sang pelanggan pun pergi, melakukan "ritual" nya dan meninggalkan kantor Mira. Mira tampak menyesal dan berharap mendapatkan kesempatan lagi untuk bercakap-cakap. Namun tampaknya hari itu akan sedikit lama.

Cerita diatas adalah cerita yang sering sekali terjadi. Banyak sekali kisah-kisah cinta yang hilang hanya karena hal-hal sepele tersebut. Semisal memulai percakapan, menanyakan suatu hal, memulai berkenalan, berpikiran positif, tak takut memulai hal tabu yang sejatinya biasa saja dan berbagai hal sepele lainnya yang mungkin saja seharusnya bisa menjadi bahan bakar kisah cinta yang abadi.
Kadang saya berpikir bahwa Tuhan sejatinya menebar benih-benih cinta disetiap tempat. Namun kita tak pernah berani menanam benih tersebut, karena persepsi negatif kita atau berbagai hal sepele lainnya. Dunia ini diciptakan agar kita saling mengenal, mencintai satu sama lain dan berbagai hal indah lainnya. Namun sayang sering tak berjalan seperti seharusnya karena kita sebagia aktor atau pemerannya selalu punya banyak persepsi yang menghilangkan kemungkinan benih-benih cinta itu tumbuh di dunia ini.

Miris sekali ya.

Comments

Popular posts from this blog

Berbuat Baik, Sebaik Mungkin

Opini kali ini, judulnya tentang berbuat baik; sebaik mungkin. Tadi malem, saya ngaji di salah satu majlis. Kata ustadznya, ada maqalah yang bilang kek gini. " Kalau kamu muliakan orang alim, sejatinya kamu sedang memuliakan dirimu sendiri".  Kemarin, saya juga ngelakuin suatu hal yang udah maksimal tapi cuma dapet apresiasi minimal dari atasan. Seringkali dalam kehidupan hal tersebut terjadi. Kita ngebelain ngelembur, kerjain mati-matian, serius melakukan yang terbaik, tapi dapet apresiasi yang minim dari orang lain. Manusiawi sih. Sangatlah wajar kalau kita udah ngelakuin suatu pekerjaan dengan maksimal dan kita juga ngarep apresiasi yang setimpal dari orang lain. Ngarep itu kan udah jadi rutinitas keseharian buat kita, kenapa? Karna kita niatnya dari awal keliru.  Saya kadang ngrengeng-ngrengeng atau membayangkan beberapa hal yang saya lakukan dulu. Dulu waktu kerja di pabrik, saya sebagai anak yang baru lulus, shock betul waktu itu. Dapet kerjaan yang modalnya

Ustadz Hanan Attaki "Walisongo Zaman Now"

Oleh : Arsa Pagi ini saya sedikit terinspirasi dan termotivasi oleh beberapa video yang digarap oleh Ustadz Hanan Attaki dengan gerakan "shift" bentukannya. Secara pribadi jujur saya menyukai apa yang dilakukan oleh Ustad dan kolegannya. Bak seorang juru taktik sepakbola, beliau sangat visioner dan paham cara merebut atau mengajak hati kawula muda untuk berhijrah. Kemasan dakwah dengan tema-tema sosial kekinian serta memanfaatkan banyak teknologi zaman sekarang membuat kajian yang dipimpinya beda dengan yang lainnya. *Ustadz Hanan Attaki Ustad Hanan Attaki ini seperti penjelmaan dari walisongo jaman dulu . Dahulu Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang memanfaatkan media gamelan dan wayang untuk berdakwah, mengajak serta membumi islamkan nusantara. Dakwah yang terbukti moncer ini berhasil membuat nama mereka dikenang hingga sekarang dan bahkan makam-makamnya masih saja memberikan keberkahan kepada warga sekitar karena sering dikunjungi oleh penziarah dari luar daerah. 

Sebuah Pengalaman

Taukah kalian bahwa untuk menciptakan sebuah lukisan yang sempurna, enak dilihat dan sesuai harapan kalian. Maka yang harus kalian miliki adalah puluhan ataupun ratusan alat dan bahan. Kalian membutuhkan banyak sekali jenis warna yang sesuai dengan apa yang kalian harapkan, kuas dengan berbagai ukuran untuk membuat detil-detil yang meyakinkan, canvas yang masih putih untuk menuangkan berjuta ide kalian dan sedikit passion untuk melukis. Begitupun hidup. Tabula rasa. Sebuah teori mengenai bagaimana manusia berkembang sebagai seorang individu. Seorang psikolog bernama john locke mengatakan bahwa manusia lahir ke bumi tanpa membawa pengalaman mental apapun. Mereka selayaknya kertas kosong. Sejalan dengan pendapat dikalangan umat muslim bahwa bayi lahir dengan fitrahnya yang suci. Pengalaman lingkungan serta didikan orang tua lah yang membentuknya menjadi seorang individu. Dan itulah jawaban mengapa manusia begitu beragam. Kembali ke lukisan. Analogi lukisan tersebut serupa dengan kehidupa