Dulu ketika sedang di izinkan belajar di pondok pesantren even hanya beberapa bulan, saya tidur di alas seadannya yang mungkin tebalnya tak mencapai 5 cm. Konon para penuntut ilmu takut kehilangan berkah dari ilmu yang dia pelajari apabila mendapat kenikmatan semacam tidur di kasur yang empuk.
Kalau kita mau sedikit memahami,esensinya bukan di seberapa empuk kasur tersebut. Namun lebih ke seberapa besar kenikmatan itu membuat kita lalai,terbuai dengan segala nikmat lalu lupa pada sang pemberi. Bukankan contohnya sudah banyak? Tak perlulah kita jauh-jauh ataupun berlelah lelah membaca kisah-kisah Fir'aun, Qarun ataupun Haman. Tengoklah betapa lalainya diri kita dari kebiasaan membaca ataupun mempelajari Al Qur'an.
Pertanyaanya, haruskah semua kenikmatan di cabut terlebih dahulu seperti kisah Si Malik dari cerita kunfayakun yang sering diceritakan oleh Ustadz Yusuf Mansur. Tanya ke hati kita, bukankah kita semua adalah para penuntut ilmu. Bukankah menuntut ilmu hukumnya Fardhu alias wajib bagi setiap Muslim. Bukan kasur yang membuat kita lalai , ketidaksadaran kitalah yang membuat kita lalai dari mensyukuri setiap nikmat. Maka dari itu ada ayat yang isinya kurang lebih seperti ini terjemahnya "fa'lam annahu la illaha ilallah " terjemah bebasnya " ilmuilah bahwasanya tak ada yang dituju,diharap,ditunggu melainkan Allah ".
Comments
Post a Comment