Skip to main content

Refleksologi 6| kuburan rakyat

Pagi ini jarwo dan budi kebetulan ditugasi untuk membantu proses pemakaman jenazah mbah Ginem. Dan terjadi obrolan singkat antara keduannya.

Jarwo : bud, hari ini mbah Ginem, besok giliranmu..
Budi : eh eh... Maksudmu opo wo. Kamu itu kalau ngomong sembarangan saja
Jarwo : lho ya bener tho, besok itu kan pasti giliranmu. Masa aku bilang "kemarin" giliranmu, yo salah tho.
Budi : KRP!
Jarwo : opo kui
Budi :karepmuuuu...
Jarwo : ojo nesu tho bud, tapi mbah ginem ini beruntung ya.
Budi : kok bisa wo?
Jarwo : iya, meninggalnya hari jumat. Katane masuk surga kan? Neg hari jumat meninggale?
Budi : ooo.. Iyo wo betul itu. Aku juga pernah denger dari pak ustad badrun arab iku.
Jarwo : tapi aku prihatin bud, beliau ini padahal orang baik ya. Lha kok yang takziyah ndak banyak gitu.
Budi : kui namane takdir wo
Jarwo : yo itu aku yo tau bud, maksudku itu bukan jumlahnya yang sedikit, tapi ngajinnya itu lho sedikit.. Jadi beribu ribu malaikat yang biasa naungi di pengajian pengajian itu ndak hadir bud. Padahal kan yo malaikat malaikat itu podho ndungake bud.
Budi : iyo wo.. Haha. Malah saiki banyak sing nglarang kumpul kumpul ngono wo. Jarene gak ono sunnahe hehe
Jarwo : lha yo bud.. Wes wes ayo bantu bantu wae bud.

Jarwo dan budi pun mulai membantu proses pemakaman mbah ginem.

Comments

Popular posts from this blog

Berbuat Baik, Sebaik Mungkin

Opini kali ini, judulnya tentang berbuat baik; sebaik mungkin. Tadi malem, saya ngaji di salah satu majlis. Kata ustadznya, ada maqalah yang bilang kek gini. " Kalau kamu muliakan orang alim, sejatinya kamu sedang memuliakan dirimu sendiri".  Kemarin, saya juga ngelakuin suatu hal yang udah maksimal tapi cuma dapet apresiasi minimal dari atasan. Seringkali dalam kehidupan hal tersebut terjadi. Kita ngebelain ngelembur, kerjain mati-matian, serius melakukan yang terbaik, tapi dapet apresiasi yang minim dari orang lain. Manusiawi sih. Sangatlah wajar kalau kita udah ngelakuin suatu pekerjaan dengan maksimal dan kita juga ngarep apresiasi yang setimpal dari orang lain. Ngarep itu kan udah jadi rutinitas keseharian buat kita, kenapa? Karna kita niatnya dari awal keliru.  Saya kadang ngrengeng-ngrengeng atau membayangkan beberapa hal yang saya lakukan dulu. Dulu waktu kerja di pabrik, saya sebagai anak yang baru lulus, shock betul waktu itu. Dapet kerjaan yang modalnya

Ustadz Hanan Attaki "Walisongo Zaman Now"

Oleh : Arsa Pagi ini saya sedikit terinspirasi dan termotivasi oleh beberapa video yang digarap oleh Ustadz Hanan Attaki dengan gerakan "shift" bentukannya. Secara pribadi jujur saya menyukai apa yang dilakukan oleh Ustad dan kolegannya. Bak seorang juru taktik sepakbola, beliau sangat visioner dan paham cara merebut atau mengajak hati kawula muda untuk berhijrah. Kemasan dakwah dengan tema-tema sosial kekinian serta memanfaatkan banyak teknologi zaman sekarang membuat kajian yang dipimpinya beda dengan yang lainnya. *Ustadz Hanan Attaki Ustad Hanan Attaki ini seperti penjelmaan dari walisongo jaman dulu . Dahulu Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang memanfaatkan media gamelan dan wayang untuk berdakwah, mengajak serta membumi islamkan nusantara. Dakwah yang terbukti moncer ini berhasil membuat nama mereka dikenang hingga sekarang dan bahkan makam-makamnya masih saja memberikan keberkahan kepada warga sekitar karena sering dikunjungi oleh penziarah dari luar daerah. 

Sebuah Pengalaman

Taukah kalian bahwa untuk menciptakan sebuah lukisan yang sempurna, enak dilihat dan sesuai harapan kalian. Maka yang harus kalian miliki adalah puluhan ataupun ratusan alat dan bahan. Kalian membutuhkan banyak sekali jenis warna yang sesuai dengan apa yang kalian harapkan, kuas dengan berbagai ukuran untuk membuat detil-detil yang meyakinkan, canvas yang masih putih untuk menuangkan berjuta ide kalian dan sedikit passion untuk melukis. Begitupun hidup. Tabula rasa. Sebuah teori mengenai bagaimana manusia berkembang sebagai seorang individu. Seorang psikolog bernama john locke mengatakan bahwa manusia lahir ke bumi tanpa membawa pengalaman mental apapun. Mereka selayaknya kertas kosong. Sejalan dengan pendapat dikalangan umat muslim bahwa bayi lahir dengan fitrahnya yang suci. Pengalaman lingkungan serta didikan orang tua lah yang membentuknya menjadi seorang individu. Dan itulah jawaban mengapa manusia begitu beragam. Kembali ke lukisan. Analogi lukisan tersebut serupa dengan kehidupa