Skip to main content

Bercerita (1)

Ini mungkin bakalan jadi tulisan yang berseries karena ditulis berdasarkan pengalaman yang nyata sedang saya alami. Dan rubrik atau topiknya bakalan ngalor ngidul. Jadi harap bersabar. Tapi pasti kalian dapet manfaat atau insight baru.

Ngampus. Perkara yang tabu bagi saya untuk membicarakannya. Karena ngampus sebelumnya jadi kegiatan yang "dijauhi" dalam kehidupan saya. Kenapa? Nda tau, semacam punya rasa inferioritas terhadap orang-orang yang berhasil kuliah. Tadinya saya termasuk orang yang "mengutuk" (hilih) maksud saya jadi semacam suporter kaum yang membenci sistem pendidikan modern. Seperti kalian tau pendidikan kita ini kan katanya berasal dari revolusi industri di perancis sana.

Ya, sekolah kita adalah penyedia pasokan tenaga yang akan menjamin keberlangsungan sebuah industri. Paling mudahnya, sekolah kita ini untuk jadi karyawan. Masih sedikit sekolah yang mendidik seseorang untuk jadi pengusaha, ya karena pengusaha itu ladang ketidakpastian. Dan kebiasaan yang diwariskan kepada kita adalah menyukai kepastian. Meski terkadang kepastian itu menyulitkan.

Tapi neg saya cerna, sejatinya nenek moyang kita ini pengagum ketidakpastian. Profesi mereka pelaut dan petani, mereka pasrahkan diri dengan kehendak Ilahi, penting berjuang masalah hasil urusan belakang. Sayangnya sistem pendidikan kita menjadikan segala sesuatu harus pasti. Macam matematika. 1+1 harus 2.

Yah itulah sedikit kisah mengenai kuliyah yang saya pahami sekarang, meski sejatinya kuliah punya potensi besar menciptakan perubahan yang besar di dunia. Bukan hanya kuliah, namun semua majelis ilmu. Everything. Dan kuliah bagi saya sekarang seharusnya menjadi salah satu majelis keilmuan yang senantiasa diramaikan dan didoakan oleh para malaikat yang berdatangan ke majelis tersebut. Meski syarat dan ketentuan tetap berlaku.

Arsa (april 2018)

Comments

Popular posts from this blog

Berbuat Baik, Sebaik Mungkin

Opini kali ini, judulnya tentang berbuat baik; sebaik mungkin. Tadi malem, saya ngaji di salah satu majlis. Kata ustadznya, ada maqalah yang bilang kek gini. " Kalau kamu muliakan orang alim, sejatinya kamu sedang memuliakan dirimu sendiri".  Kemarin, saya juga ngelakuin suatu hal yang udah maksimal tapi cuma dapet apresiasi minimal dari atasan. Seringkali dalam kehidupan hal tersebut terjadi. Kita ngebelain ngelembur, kerjain mati-matian, serius melakukan yang terbaik, tapi dapet apresiasi yang minim dari orang lain. Manusiawi sih. Sangatlah wajar kalau kita udah ngelakuin suatu pekerjaan dengan maksimal dan kita juga ngarep apresiasi yang setimpal dari orang lain. Ngarep itu kan udah jadi rutinitas keseharian buat kita, kenapa? Karna kita niatnya dari awal keliru.  Saya kadang ngrengeng-ngrengeng atau membayangkan beberapa hal yang saya lakukan dulu. Dulu waktu kerja di pabrik, saya sebagai anak yang baru lulus, shock betul waktu itu. Dapet kerjaan yang modalnya

Ustadz Hanan Attaki "Walisongo Zaman Now"

Oleh : Arsa Pagi ini saya sedikit terinspirasi dan termotivasi oleh beberapa video yang digarap oleh Ustadz Hanan Attaki dengan gerakan "shift" bentukannya. Secara pribadi jujur saya menyukai apa yang dilakukan oleh Ustad dan kolegannya. Bak seorang juru taktik sepakbola, beliau sangat visioner dan paham cara merebut atau mengajak hati kawula muda untuk berhijrah. Kemasan dakwah dengan tema-tema sosial kekinian serta memanfaatkan banyak teknologi zaman sekarang membuat kajian yang dipimpinya beda dengan yang lainnya. *Ustadz Hanan Attaki Ustad Hanan Attaki ini seperti penjelmaan dari walisongo jaman dulu . Dahulu Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang memanfaatkan media gamelan dan wayang untuk berdakwah, mengajak serta membumi islamkan nusantara. Dakwah yang terbukti moncer ini berhasil membuat nama mereka dikenang hingga sekarang dan bahkan makam-makamnya masih saja memberikan keberkahan kepada warga sekitar karena sering dikunjungi oleh penziarah dari luar daerah. 

Sebuah Pengalaman

Taukah kalian bahwa untuk menciptakan sebuah lukisan yang sempurna, enak dilihat dan sesuai harapan kalian. Maka yang harus kalian miliki adalah puluhan ataupun ratusan alat dan bahan. Kalian membutuhkan banyak sekali jenis warna yang sesuai dengan apa yang kalian harapkan, kuas dengan berbagai ukuran untuk membuat detil-detil yang meyakinkan, canvas yang masih putih untuk menuangkan berjuta ide kalian dan sedikit passion untuk melukis. Begitupun hidup. Tabula rasa. Sebuah teori mengenai bagaimana manusia berkembang sebagai seorang individu. Seorang psikolog bernama john locke mengatakan bahwa manusia lahir ke bumi tanpa membawa pengalaman mental apapun. Mereka selayaknya kertas kosong. Sejalan dengan pendapat dikalangan umat muslim bahwa bayi lahir dengan fitrahnya yang suci. Pengalaman lingkungan serta didikan orang tua lah yang membentuknya menjadi seorang individu. Dan itulah jawaban mengapa manusia begitu beragam. Kembali ke lukisan. Analogi lukisan tersebut serupa dengan kehidupa